Subscribe Us

header ads

DUKA PALESTINA DI BULAN RAMADHAN

Oleh : Sitti Nurlyanti Sanwar

Ramadhan bulan penuh rahmat dan penuh kemuliaan, jutaan umat Islam di seluruh dunia menyambutnya dengan suka cita. Tiap negeri-negeri muslim memiliki tradisinya masing-masing. Ada yang menghias sudut kota dengan lampu warna warni, lampion, bazar dan lain sebagainya.

Namun tidak dengan Palestina jalur Gaza, awal Ramadhan tampaknya menjadi duka bagi rakyat Palestina, rona kebahagiaan berubah menjadi rona kesedihan. Dilansir dari (m.kumparan.com/6/5/2019), roket Israel terus menghantam kawasan Gaza mengakibatkan sekitar 23 warga Gaza meninggal dunia. Termasuk di antaranya seorang perempuan yang sedang mengandung dan seorang bayi.

Gempuran rudal dari udara dan serangan senjata dari zionis Israel terus menggempur Palestina dengan brutal, jutaan orang meninggal, ribuan orang kehilangan keluarga dan tempat tinggalnya, kita menontonnya secara live penindasan yang dialami Palestina. Luka Palestina tak kunjung kering dan sembuh, mereka melawan dan berjuang melawan laknatullah Israel tak luput anak kecil mengambil bagian untuk turut berjuang.

Di bulan Ramadhan mengingatkan kita pada perjuangan Shalahuddin Al Ayubbi menaklukkan pasukan salib untuk membebaskan Palestina pada tahun 584 H. Sebelumnya, Palestina dibebaskan oleh amir mukminin Umar bin Kahtab pada tanggal 5 Rajab 15 H/ 637 M, melalui kemenangan perang Yarmurk.

Di samping itu, Palestina tanah yang dimuliakan oleh Allah, karena Pertama, Baitul Maqdis disebut didalam Al-Qur’an sebagai kawasan Ardhul Muqaddasah (tanah suci), tanah inilah yang Allah berkahi sekelilingnya dan didalam tanah suci itu terdapat Pusat dari Pusat Barakah yaitu Masjidil Aqsha. 

Kedua, Tak satu pun jengkal tanah Masjidil Aqsha yang tidak dijamah Malaikat, Nabi dan Rasul. Ingat peristiwa Isra’ Mi’raj? Di dalamnya terdapat peristiwa saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengimami lebih dari 120ribu Nabi dan Rasul. Luasnya Masjidil Aqsha penuh dengan ratusan ribu Nabi dan Rasul yang mendirikan sholat diatas tanahnya, menyembah-Nya.

Ketiga, Masjidil Aqsha merupakan kiblat pertama ummat Islam. Kita semua tau, sebelum akhirnya ummat Islam sholat berarahkan kiblat ke Mekkah, dulu kiblat ummat Islam mengarah ke Masjidil Aqsha. Dulu ummat Islam menghadap ke arahnya saat menyembah Rabbnya selama kurang lebih 14tahun.

Sejak tahun 1948 Israel menduduki Palestina, banyak darah mengalir dari para syuhada, perempuan di siksa dan direnggut kehormatannya, kebahagiaan anak-anak Palestina dirampas tanpa belas kasih.

Penindasan, kezholiman, penyiksaan, pembunuhan yang dialami rakyat Palestina, seolah-olah negeri-negeri muslim buta dan tuli atas apa yang terjadi. Negeri-negeri muslim hanya mengecam tanpa mengirim pasukan militernya. Mereka menganggap itu urusan Palestina dan Israel.

Mengapa hal tersebut bisa terjadi?
Ternyata, nasionalisme telah membelenggu negeri-negeri muslim dan menjadi penyebab utama negeri muslim acuh tak acuh, buta serta hilang cintanya terhadap saudara aqidahnya sendiri. Padahal, Islam ibarat satu tubuh apabila ada yang sakit maka anggota tubuh yang lainpun merasakan sakit.
Lebih miriskan lagi, yang membuat hati semakin teriris negeri-negeri muslim melakukan “perselingkuhan” pada laknatullah Israel dengan perjanjian rahasia serta dukungan untuk kepentingan mereka demi keuntungan politik, ekonomi dan kekuasaan dunia fana.

Sejatinya, masalah Palestina bukanlah masalahnya sendiri, tetapi masalah kita bersama umat Islam. Umat Islam rindu akan persatuan terbebas dari sekat-sekat nasionalisme. Tidak ada lagi penindasan yang dialami saudara kita di Palestina, Suriah, Uyghur, Rohingya dan negeri muslim lainnya, maka umat Islam butuh pemimpin yang menjadi perisai sebagaimana sabda Rasulullah Saw “imam (khalifah) adalah perisai, dibelakannya kaum muslim berperang dan berlindung” (HR. Muslim).

Ramadhan semestinya membuat umat bersemangat untuk mewujudkan kemuliaan umat dan persatuan hakiki dibawah naungan Khilafah. Wallahu’alam bishawab.

Post a Comment

0 Comments