Subscribe Us

header ads

EKOMUSLIMAH














Oleh: Suljaris Djamil (Mahasantri Sekolah Peradaban)

Membangun standpoint bukan ditinjau dari ruang lingkup perubahan paradigma dari antroposentris hijrah ke biosentris. Di mana upaya para aktivis lingkungan dalam memperjuangan hak-hak alam untuk tetap lestari. Menggeser cara pandang dari natural right menuju the right of nature. Atau yang dalam istilah Crhistopher D. Stone should tree have standing?.


Bukan pula melakukan pembacaan ekofeminisme ala Vandana Shiva yang mengatakan bahwa development (pembangunan) melanggengkan sistem patriarki. Produksi yang masuk ke pasar sarat dengan sentiment patriarkal. Lebih dari itu ia menyebut bahwa pertumbuhan pasar menyebabkan menyusutnya alam. Jadi wajar jika isi pikirannya mengarahkan untuk menggunakan segala fasilitas alam teruntuk kebutuhan semata. Sebagaimana dijelaskan bahwa whenever we engage in consumption or production patterns which take more than we need, we are engaging in violence.


Atau terjebak oleh arogansi esensialisme yang berasumsi bahwa bumi identik dengan perempuan. Oleh sebab itu yang paling jitu menyelesaikan berbagai pusparagam masalah ekologi adalah para perempuan. Barangkali ini mirip dengan konsep thao. Bumi bersifat yin(feminin) dan langit berkarakter yang(maskulin).


Muslimah adalah perempuan yang terikat dengan syara’. itu berarti di tiap sikap yang diambil senantiasa memancar dari akidah Islam. Meracik koherensi argumentasi dengan sudut pandang yang pure dari Islam. Titik tolak tidak berangkat dari antroposentris, atau biosentris pun tidak dengan situated knowledge yang tumbuh dari pengalaman otentik perempuan melainkan dengan Islam.


Salah satu tinjauan pustaka yang bermuatan ideologis adalah Fika Komara dalam tulisan best seller “Menjadi Muslimah Negarawan”. Meramu kerangka visi untuk menjadi muslimah negarawan harus memenuhi kriteria antara lain intelektual peradaban, penggerak opini dan ibu generasi. Sebab menjelaskan fakta kerusakan ekologi yang komprehensif harus dalam kacamata bird eye view yakni mengurai elemeter persoalan, dan menawarkan solusi alternative. 


Muslimah negarawan dapat dimaknai sebagai politisi kultural yang menghukumi realitas menurut fokalisasi Islam. Kendatipun tidak menuang sampel perihal kerusakan lingkungan, namun berpikir geospasial yang sering disebut oleh Fika Komara menjadi indikasi kuat untuk bagaimana kemudian membelah dan membedah masalah bumi di mana kita berpijak.
Indonesia yang dikenal dengan megadiverse country lantaran daratannya berhamparan pohon-pohon dengan keanekaragaman hayati yang terkaya di dunia ini disebut oleh Global Forest Resources Assessment(FRA) sebagai peringkat kedua dunia yang kehilangan hutan setelah Brasil yang berada di urutan pertama.


Setiap tahun, Indonesia kehilangan hutan seluas 684. 000 hektar. Kebakaran hutan, perambahan hutan dan alih fungsi hutan. Bahkan boleh dikata kampus salah satu penyumbang terhadap penebangan hutan secara eksesif. Sebagaimana penjelasan dari mantan rector Universitas Gajah Mada(UGM) Professor Sudjarwadi yang mengatakan bahwa kertas skripsi adalah penyokong utama pemanasan global.


Jika tiap tahunnya jumlah mahasiswa Indonesia yang sedang menyelesaikan studi sebanyak 4.5 juta mahasiswa, maka diperlukan sekitar 18 juta kertas HVS A4 diapakai untuk skripsi. Sekitar itu diperlukan penebangan 3.6 juta pohon pinus pertahunnya. Itu artinya setiap tahun Indonesia kehilangan hutan sekitar 300. 000 hektar hanya untuk di bidang pendidikan.


Pembakaran bahan bakar fosil (minyak bumi, batu bara, dan gas bumi) akan menambah karbondioksida. Demikian juga methana yang dipicu oleh aktivitas manusia. Nitrogenoksida yang terkandung di dalam pupuk nitrogen akan meningkatkan kuantitasnya. Klorofluorokarbon yang merupakan gas buatan yang ada pada bahan pendingin ruangan(AC), lemari es, bahan pembersih komponen elektronik, bahan pelarut dalam industri dan seterusnya.


Keseluruhan unsur di atas yang memberikan kontribusi terhadap pemanasan global. Sebetulnya gas-gas rumah kaca tersebut dapat terbentuk secara alami dan tidak berbahaya ketika ekosistem cenderung stabil. Akan menyebabkan terjadinya pemanasan global ketika pengaruh dari gas tersebut terhadap terjadi efek rumah kaca (greenhose effect) bergantung erat dengan besarnya kadar gas rumah kaca di atmosfer.
Global Warming telah menggejala di sekitar kita. Fenomena El Nino dan El Nina menelan banyak korban. 


Beberapa bulan terakhir betapa banyak menjadi korban akibat curah hujan yang demikian tinggi. Protokol Kyoto ditandatangani 156 negara yang bertujuan mengurangi polusi. berbagai konferensi iklim dilakukan. Bahkan Conference sur les Changements Climatiques 2015 di Paris yang inisiasi oleh PBB. 


Kesepakatan paris yang disepakati oleh 195 negara yang tujuannya untuk menjaga pemanasan iklim di bawah 2 derajat celsius ini nyatanya tidak berbuah hasil yang siginifikan. Amerika yang merupakan pemberi pencemaran terbanyak malah berdalih kalau pemanasan global hanyalah mitos. 
Dan kita dapat deteksi bersama bahwa yang bersembunyi di balik kerusakan ekologi yang demikian kronis ini adalah Kapitalisme. Pilar unility value dan exchange value yang akhirnya memproduksi tanpa mengindahkan aspek lingkungan. Sehingga menghasilkan produk politik dan hukum(UU) untuk menopang kelancaran ideologi ini. 


Di sinilah urgensi peran muslimah yang jangka pendek dan jangka panjang dibutuhkan. Dalam jangka pendek, emanasi tauhid yang menghunjam kuat di dalam diri Muslimah mengaktivasi amar ma’ruf nahi munkar. Muslimah sebagai penggerak opini mengkritik berbagai kebijakan yang berimbas kepada kekerasan terhadap alam. Alquran mengafirmasi kalau kerusakan di darat dan di laut disebakan karena perbuatan tangan manusia(QS.30:41).


Adapun jangka panjangnya, peran intelektual muslimah sebagai ibu Pembina generasi. Di sinilah mulimah memiliki peranan suprastrategis. Peran mengedukasi generasi di ruang domestik sebagai ummu wa rabbatul bait(ibu dan manager rumah tangga). Dan mendidik generasi di ruang publik sebagai ummu ajyal (ibu generasi) dalam makna luas. Membina generasi dengan staqafah Islam dan tentu melakukan parenting yang berbasis ekologis, sebagaimana Islam memperhatikan bagaimana kemudian merawat Lingkungan.


Upaya penyelamatan lingkungan tidak bisa dilakukan secara sektoral dan temporal. Tapi harus diselesaikan secara integral dan simultan. Amerika sebagai representasi ideologi kapitalisme memberikan sumbangan terbesar penindasan terhadap alam. Sementara Islam merupakan antitesa dari kaptilalisme. Dan janganlah membuat kerusakan di muka bumi... (QS. 02:11)

Post a Comment

0 Comments