Subscribe Us

header ads

MANUSIA BERENCANA, ALLAH MENENTUKAN (BAGIAN 1)





















Oleh: Nurfitrianti Vivi

Siang itu, ahad 14 april 2019, saya minta agar kajiannya selesai jam 11 siang sebab dihari yang sama saya ada jadwal kuliah pengganti ahad jam 13.00 wib. Estimasi perjalanan dari rumah salah seorang tokoh masyarakat ke kampus, sekitar 1 jam lebih.

Ya sebagaimana pengemban dakwah pada umumnya, melakukan amar ma'ruf nahi mungkar di dunia nyata artinya berinteraksi langsung dengan masyarakat. Kalau bahasa kerennya tafa al ma'a al ummah atau muwajahah. Kemudian tokoh masyarakat, mereka adalah simpul - simpul umat yang punya 'posisi' di tengah - tengah masyarakat. Karena objek dakwah itu adalah seluruh komponen masyarakat mulai dari anak - anak sampai dewasa dengan segala profesi mulai dari tukang becak hingga tukang parkir nya presiden, mulai dari pembantu rumah tangga hingga pembantu dekan, mulai dari artis pendatang baru hingga youtuber, mulai dari anak sekolah hingga pengangguran, mulai dari yang jomblo sampai menikah (ciiee) etc...

Nah. Sebelum pamit, kita makan siang bersama dan sengaja saya ambil makanan dengan porsi sedikit agar cepat beranjak. Walau sempat dibully sama ibu nya "yaa ALLAH mba V udah kicit makannya sikit". Hee.

Namun, betapa baik dan ramah nya ibu ini, beliau juga bungkuskan makanan dalam plastik untuk saya bawa pulang. Menu lengkap nasi, lauk, sayur, kerupuk, kue - kue, juga buah pisang. Mungkin ibu nya tau kalau saya jomblo yang jarang masak di rumah. Hii.

Sayapun pamit tak lupa ucap terima kasih dan selamat datang kembali selamat berbelanja (eh kok jadi soundtrack nya indoma**t?!). Maksudnya semoga bisa bertemu kembali melanjutkan kajiannya untuk melanjutkan kehidupan Islam. Aamiin. "Pelan - pelan aja ya V, jangan ngebut", pesannya. "Oke bu".

Makanan dalam kresek tu saya taruh di joke motor kebetulan muat. Sebelum berangkat, ku infokan ke teman - teman di group kelas bahwa saya otw, tolong sampaikan ke dosen kalau dosennya lebih dulu tiba saat persensi bahwa V sudah otw. (Wuih dengan PD nya, tanpa berucap in syaa ALLAH humm, bener - bener lupa)

Seperti biasa sebelum berangkat senantiasa berdo'a, menurut ajaran dan kepercayaan masing - masing. Hening cipta dimulai *eh. Ya serius saya berdo'a. Lalu berangkat, di tengah perjalanan saya pingin banget (maaf) pipis. Saya bilang yaa ALLAH in syaa ALLAH nanti saat adzan zhuhur kita singgah di masjid yuk yaa ALLAH yang toilet nya bagus, tempat wudhunya tertutup, biar sekalian shalat deh kita. Ya saya memang suka berbicara sendiri bersama ALLAH, dimanapun dan kapanpun. Mau gimana lagi, mau bicara sama abang thoyyib, tapi gak pulang - pulang. *eh lagii.

Lanjut dzikir, ku lantunkan kalimat Tauhid (dari kecil memang sudah diajarkan Mama dzikir terus Laa ilaaha illaallaah nak dimanapun) termasuk berkendara kubaca berkali - kali sambil senyum - senyum pepsodent, juga sambil terngiang - ngiang diingatanku pesan ibu tadi "V pelan - pelan aja ya".

Tiba - tiba...

Brum pratatakk... 
Gubrakk... 
Plakuk plekokk...
Dum dum dum dussshh...
Zzz zreeeetttt...

Spontan kuteriak ALLAH Muhammadurrasulullaaaah...

Lepas tu, ku ingin menepi takutnya ada mobil menghantamku dari belakang. Kucoba berdiri namun tak bisa. Akhirnya saya merangkak sambil pegang bibirku seperti ada yang mengganjal, ternyata gigiku patah. Ku meludah keluar darah. Nangislah saya sambil merengek ke ALLAH. Astaghfirullah yaa ALLAH apa yang terjadi kasian? Beta su bado'a, su palan - palan, su sayang *eeh. Hikss.

Alhamdulillah tak lama orang - orang pun langsung datang berkerumun. Kubilang tolong!, tolong! bawa saya ke rumah sakit!, tolong rumah sakit cepat! Bersegera! (Tiba - tiba galak, eh) Sebelum darahku bercucuran banyak! yaa ALLAH. Saya histeris (eh gak juga sih). Iya mba iya mba ini lagi diusahakan mobil, kata seorang pria yang meletakkan kepalaku dilengannya.

Setelah itu ku tak bersuara, sambil menunggu mobil, ku hanya melihat terik mentari khas zhuhur menyilaukan mata dengan tatapan kosong, hening bagaikan ada backsound seriousa dan musik biola seiring dengan awan yang berjalan melambat. (Maaf ya di sini agak - agak dramatis gitu, tapi gak didramatisir ya. Ini beneran).

Lanjut. Darah yang keluar dari kepalaku turun masuk ke mata spontan kupejamkan mataku sambil berkata pada ALLAH lewat pikiranku, hanya dua hal yang saya pikirkan waktu itu, pertama yaa ALLAH saya belum shalat zhuhur, kedua yaa ALLAH jangan sampai auratku tersingkap seinchi pun.

Hanya selang beberapa detik, saya kaget tersadar lagi saat orang - orang mengangkatku rupanya mobilnya cepat datang. Bukan ambulance, ternyata itu mobil salah satu pengguna jalan yang terpaksa dihadang oleh warga agar saya cepat mendapatkan pertolongan pertama tanpa cinta pertama. *wekk.

Alhamdulillah yang punya mobil ramah. Saya minta ibu yang ada dimobil itu pindah kebelakang agar tinggikan kepalaku sebab kepalaku sakit sekali tak tertahankan. Ditambah jalanannya mendaki, menanjak, turunan dan berkelok - kelok. Kalau di Makassar jalannya seperti kalau mau ke bukit Malino. Hayoo yang pernah ke Malino siapa? Iya jii.

Namun ibu nya tak bisa karena ternyata ada baby yang dia pangku. "Yaa ALLAH kepalaku sakit sekali bu". "Sabar mba" kata ibunya. Lalu ku terdiam berdzikir dalam hati. Si ibu manggil - manggil saya. mba?, mba?, mba?.

Mungkin dia kira saya pingsan. Lalu ku jawab "Iya bu kepalaku sakit sekali kenapa belum juga sampai bu?". "Dikit lagi mba sabar ya", kata bapak driver nya. "Pak tolong pelan - pelan pak kok kayak berkelok tajam begitu nanti saya jatuh di sini pak". "Ya ini saya pegangin mba", kata ibunya. "Ya mau gimana lagi mba jalannya begini. Mba nya tadi suruh cepet - cepet toh". Kata si bapak rada kesel. "Pak jangan omelin saya dong pak". Hikz. (Lha sempet 'berantem' di mobil orang).

"Maaf ya pak maaf ya bu", kataku nangis. "Iya mba gpp", kata bapaknya. "Mba nya sabar dulu, tahan dulu bentar lagi sampai". "Iya makasih pak makasih bu tumpangannya. Afwan ngerepotin". "Iya gpp mba".

Sekitar 10 - 12 menit alhamdulillah tibalah kami di Puskesmas yang kebetulan dekat dari tempat kejadian perkara saya. Mana hari ahad pula. Tapi yang namanya UDG buka 24 jam toh. Alhamdulillah saya langsung ditangani.

Tak henti - henti nya menangis, pedis, perih, sakit yaa ALLAH. Dan para suster pun tak henti - henti nya ajak saya ngobrol juga. Tanya nama saya siapa?, usia berapa?, tinggal di mana?, dari mana?, mau ke mana?, kapan nikah? *yaaakk. 

Ya mungkin agar saya tetap sadar. Karena saya gak amnesia tapi jujur, saya tak ingat jelas kenapa saya bisa jatuh. Namun kalau ku bayangkan lagi, saya melewati sesuatu yang nampaknya seperti blackhole (eeaa). Maksudnya sebuah lubang jalan rusak, syukurnya tak seluas lubang tambang di Kaltim dalam film Sexy Killers bukan Avengers End Game namun sebentar lagi Democracy End Game!

Yes, sebab kecelakaan akibat jalan rusak adalah tanggung jawab pemimpin loh. Kata Khalifatunaa Umar Bin Khattab bahwa seekor keledai yang jatuh saja akibat jalan rusak, satu dosa buat pemimpin. Saya manusia, bukan keledai. Dan itu baru seekor, sudah berapa jiwa nyawa melayang akibat jalan rusak? Saya tidak berbicara tentang balap ngebutnya sebab itu persoalan lain.

Oke. Suster obati kaki, betis, lutut, tangan, dan mulut yang lecet, dan kulit yang terkelupas. Kepalaku dijahit lalu dipasang oksigen untuk bantu pernapasan, karena saya sampai ngos - ngosan nangis kesakitan tiada tara. Kata temanku ini betul - betul ujian dari kepala sampai kaki.

Pak polisi datang, minta nomor keluarga yang bisa dihubungi. Awalnya saya menolak gak usah dikasih tau pak, kasian. Saya di sini cuma tinggal sama mbakku, satu lagi hamil besar dan punya balita. Satunya lagi punya baby usia 5 bulan. Lha mba ini harus diketahui oleh keluarga mba kata pak polisinya. Setelah diberi pengertian akhirnya saya kasih. Lalu pak polisi keluar lagi untuk menghubungi keluargaku.

Saya kembali sendiri di kamar UGD bersama istighfar. Para suster sudah melaksanakan tugasnya dengan baik dalam menangani saya. Dengan mata yang masih berkaca - kaca, kutengok jam dinding di sebelah kananku. Seakan jam dinding itu tersenyum dan menatap seperti ada pelangi dibola mataku dan berkata "V, aku menunggumu. Masih ada waktu untukmu".

Waktu itu jarum jam menunjukkan pukul 12.26 wib. Pasti sudah adzan pikirku. Kupanggil suster. Suster, saya mau shalat zhuhur. Tolong pasangkan kerudung. Dan tutup kakiku dengan kain.

Karena belum bisa bangun jadi saya tayammum, lalu shalat baring dengan penuh kelemahan tak berdaya. Hanya bisa menatap langit - langit ruang UGD.

Di akhir shalat setelah salam ku berdo'a yaa ALLAH dosa apa yang pernah kulakukan. Lalu saya mewakili seluruh anggota tubuhku untuk meminta maaf ke ALLAH.

Yaa ALLAH, ampuni kakiku jika kakiku pernah berjalan ke tempat maksiat.
Yaa ALLAH, ampuni tanganku jika tanganku pernah mengdzalimi orang.
Yaa ALLAH, ampuni bibirku jika pernah berkata yang tidak Engkau sukai. Dan ampuni juga jika mulutku pernah berkata kasar sehingga membuat hati orang lain tersinggung.
Yaa ALLAH ampuni kepalaku jika pernah berfikir negatif kepada orang lain.
Ampuni saya yaa ALLAH atas dosa - dosa yang pernah kulakukan.

Hanya menangis, menangis, menangis. Namun sejatinya saya bahagia. Kenapa?

Bersambung ke bagian 2.

Tapi jika selama membaca tulisan ini di tengah jalan muncul prasangka bahwa si penulis riya', ujub, sum'ah, lebih baik tidak usah lanjut baca, stop saja. Karena tulisan ini tidak diperuntukkan bagi orang yang dikepalanya dipenuhi prasangka negatif. 

Menulis inipun tarik ulur upload tidak ya sebab si pemeran utama takut riya' karena bisikan syaithaanurrajiim. Tapi berfikir lagi diupload tapi riya', itu rugi. Tapi tidak diupload sama sekali lebih rugi lagi. Jadi mending diupload saja, karena ada cerita yang lebih heroik dibagian 2 nanti karena sampai mengingatkan kakakku pada film india yang bercerita tentang konspirasi rumah sakit. In syaa ALLAH, semoga bermanfaat.

Mungkin agak lama, soalnya menulis bagian 1 pun 2-4 hari baru selesai karena hanya mengetik satu tangan. Dan mohon do'anya tadi pagi jadwal kontrol di RS, namun setelah pulang ke rumah, tanganku yang patah itu kumat sakitnya.  Sakit sekali yaa ALLAH sampai mengeluarkan air mata. Terpaksa besok baru dibawa ke RS lagi maka sepanjang malam ini saya harus menahan rasa sakit yang luar biasa. Tak apa, semoga dengan sakit ini ALLAH menggugurkan dosa - dosaku aamiin. Marhaban yaa Ramadhan.
Oleh :vivi
Attachments area

Post a Comment

0 Comments